Tingkat Keanekaragaman Hayati

Coba perhatikan keanekaragaman hayati di dunia, misalnya jenis harimau yang ada di muka bumi.

Walaupun di kedua wilayah tersebut sama-sama terdapat harimau loreng, namun jenisnya berbeda baik bentuk, ukuran tubuh, maupun warna bulunya. 
Mengapa kedua jenis harimau yang berasal dari tempat yang berbeda dapat memiliki bentuk, ukuran, dan warna beragam?
Terjadinya keragaman harimau tersebut dapat disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan sifat bawaan (gen) yang diwariskan dari induk pada keturunan yang jenisnya dapat beragam, sedangkan faktor lingkungan merupakan hubungan timbal balik (
interaksi) antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungan tak hidup (abiotik). Lingkungan sekitar makhluk hidup terdiri atas komponen fisik (seperti sinar matahari, suhu, iklim, udara, kelembapan, air dan tanah) dan komponen kimia (seperti kandungan mineral, keasaman, dan salinitas).
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
 

Bagaimana Tingkat Keanekaragaman Gen ?
Coba ingat kembali pelajaran di SMP/MTs mengenai genetika, apa yang dimaksud gen? Gen merupakan benang-benang kromosom (pembawa sifat) yang terletak di dalam inti sel makhluk hidup. Apakah setiap gen tersusun  oleh benang-benang kromosom yang sama? 
Gen yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup mengandung perangkat benang-benang kromosom (pembawa sifat) yang sama, tetapi berbeda susunannya. Adanya keragaman susunan benang-benang kromosom gen pada setiap jenis makhluk hidup akan memberikan tampilan, baik bentuk, ukuran, dan warna yang belum tentu sama.
Makhluk hidup di muka bumi ini meskipun termasuk species yang sama, namun tidak ada satu pun individu yang persis sama dengan individu lain sehingga terbentuklah variasi gen. Variasi gen tidak hanya terjadi pada species yang sama, tetapi juga terjadi antar species. 
Dari berbagai kajian ilmiah  diketahui bahwa ternyata terdapat variasi sifat-sifat bawaan pada setiap jenis makhluk hidup yang ditentukan oleh gen dan disebut genotipe. Selain keanekaragaman makhluk hidup ditentukan oleh keanekaragaman gen pembawa sifat (genotipe) juga dipengaruhi oleh keanekaragaman lingkungannya (fenotipe). 

a. Keanekaragaman Genotipe
Genotipe dapat berubah karena perkawinan atau persilangan. Contoh, di dalam satu keluarga terdapat anak-anak yang memiliki sifat berbeda dengan orang tuanya, misalnya ada anak yang bertubuh tinggi kekar, ada yang pendek, ada yang berkumis dan ada yang tidak, ada yang berambut kriting dan ada yang lurus, ada yang berkulit putih dan ada yang sawo matang, ada yang pandai ada yang tidak. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa dalam satu keluarga memiliki gen banyak dengan susunan yang  beragam. Contoh yang lain, jika terjadi perkawinan atau persilangan antara dua jenis ayam dan terjadi percampuran gen, maka keturunannya akan mempunyai susunan gen baru.
Makin banyak jenis gen yang terdapat dalam satu species, makin banyak pula variasi dalam species tersebut. Contohnya, pada beberapa bentuk pial (jengger) ayam dalam species yang sama. Coba Anda ingat kembali beberapa bentuk pial ayam! 
Beberapa bentuk pial ayam, antara lain pial mawar, pial ercis, pial walnut, dan pial tunggal. Semua pial tersebut dimiliki oleh species ayam yang sama, yaitu ayam Gallus sp. seperti tampak pada Gambar  di bawah ini. 

b. Keanekaragaman Fenotipe
Meskipun sifat genotipe dua individu sama, tetapi bila berada di lingkungan yang berbeda, maka sifat yang muncul pada individu belum tentu sama. Perpaduan antara genotipe dengan lingkungannya akan menghasilkan sifat yang tampak dari luar disebut fenotipe. Contoh, jika apel Batu yang terkenal memiliki ukuran buah besar dan berasa manis dicangkok kemudian ditanam di Malang yang letaknya lebih rendah dari kota Batu, maka akan memunculkan fenotipe yang berbeda. 
Apel yang dicangkok secara genotipe sama dengan tanaman induknya. Namun, karena lingkungan kota Batu berbeda dengan kota Malang, maka muncul tanaman apel yang ukuran buahnya lebih kecil dan rasanya lebih masam.
Anda dapat mengetahui, meskipun dari gen yang sama dapat menampakkan sifat fenotipe berbeda karena lingkungan kota Batu berbeda dengan lingkungan kota Malang. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa dua makhluk hidup yang memiliki susunan gen sama belum tentu memiliki fenotipe yang sama.
 

2. Tingkat Keanekaragaman Jenis
Anggota suatu jenis makhluk hidup dapat melakukan perkawinan hanya dengan sesama anggota jenisnya dan menghasilkan keturunan yang subur. Keturunan tersebut selanjutnya melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan lagi, begitu seterusnya. Perkawinan juga dapat terjadi antar species, tetapi tidak secara alami misalnya, perkawinan antara keledai dan kuda, perkawinan tersebut tidak bisa terjadi secara alami karena harus ada campur tangan manusia. Meskipun kedua hewan antar species tersebut mampu berkembang biak bersama dan menghasilkan keturunan baru (bagal), tetapi tidak mampu berkembang biak lagi (steril). Perkawinan tidak bisa terjadi pada dua species yang berbeda, walaupun kedua species itu nyaris sama (serupa). Contohnya, kelinci dan trewelu, walaupun kedua species itu serupa tetapi tidak dapat melakukan perkawinan karena merupakan species yang berbeda. Coba carilah perbedaan antara kelinci dan truwelu!

3. Tingkat Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik (interaksi) antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) yang tinggal di suatu lingkungan, adapun komponen abiotik meliputi lingkungan fisik dan kimia di sekitar makhluk hidup. Lingkungan fisik terdiri atas sinar matahari, iklim, cuaca, suhu, udara, angin, kelembapan, air, dan tanah sedangkan lingkungan kimia terdiri atas kandungan mineral, kandungan keasaman, dan salinitas.
Komponen penyusun ekosistem sangat beragam sehingga interaksi antarkomponen biotik maupun interaksi komponen biotik dengan abiotik beragam pula. Keragaman interaksi komponen penyusun ekosistem tersebut akan membentuk keanekaragaman ekosistem. Contoh keanekaragaman ekosistem adalah ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem laut, ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan tropik, ekosistem padang rumput, dan ekosistem padang pasir.

Masing-masing ekosistem memiliki ciri fisik, kimia, maupun biologis tersendiri, sehingga flora dan fauna yang terdapat di dalam suatu ekosistem tertentu tidak akan sama dengan ekosistem lainnya. Misalnya, flora dan fauna ekosistem hutan hujan tropik berbeda dengan ekosistem padang rumput, berbeda pula dengan ekosistem padang pasir.
  

oke..demikian tadi penjelasan mengenai tingkat keanekaragaman hayati..
Bagaimana keanekaragaman hayati di Indonesia ?
untuk mengetahui jawabannya..tunggu postingan berikutnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor Internal dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Enzim dalam Metabolisme

KATABOLISME [RESPIRASI ANAEROB]